

Profil Singkat
Nama lengkap: Carlo Acutis
Tempat lahir: London, Inggris
Tanggal lahir: 3 Mei 1991
Kewarganegaraan: Italia
Orang tua: Andrea Acutis dan Antonia Salzano
Meninggal: 12 Oktober 2006 di Monza, Italia
Penyebab kematian: Leukemia (jenis leukemia M3 akut)
Usia saat wafat: 15 tahun
Dikenal sebagai: “Cyber Apostle of the Eucharist” atau “Rasul Ekaristi di Dunia Digital”
Dibeatifikasi: 10 Oktober 2020 oleh Paus Fransiskus di Assisi, Italia
Hari peringatannya: 12 Oktober
Di tengah arus kemajuan teknologi yang sering kali menjauhkan generasi muda dari nilai-nilai spiritual, sosok seorang remaja asal Italia bernama Carlo Acutis muncul sebagai teladan istimewa. Ia menunjukkan bahwa teknologi modern dapat menjadi jalan menuju kekudusan bila digunakan dengan tujuan yang benar. Lahir di London pada 3 Mei 1991 dan dibesarkan di Milan, Carlo adalah anak tunggal dari keluarga Katolik yang sederhana namun penuh kasih. Sejak kecil, ia dikenal sebagai anak yang cerdas, rendah hati, dan memiliki kedewasaan rohani yang jauh melampaui usianya.
Ketertarikan Carlo terhadap teknologi muncul sejak usia dini. Berbeda dari kebanyakan anak seusianya yang menggunakan komputer untuk bermain, Carlo justru belajar sendiri berbagai keterampilan teknologi seperti pemrograman, desain web, dan pengeditan video. Ia tidak sekadar tertarik pada sisi teknis komputer, tetapi juga pada bagaimana teknologi dapat menjadi sarana komunikasi dan pembelajaran. Ia memandang internet bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai peluang besar untuk menyebarkan kebaikan dan nilai-nilai iman. Carlo percaya bahwa dunia digital adalah medan baru untuk pewartaan Injil di era modern.
Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah situs web “The Eucharistic Miracles of the World”, yang ia rancang sendiri untuk mendokumentasikan berbagai mukjizat Ekaristi dari seluruh dunia. Melalui proyek ini, Carlo ingin menunjukkan bahwa Yesus sungguh hadir dalam Sakramen Ekaristi, serta mengajak umat Katolik, terutama kaum muda, untuk lebih menghargai dan mengimani kehadiran Tuhan dalam Misa Kudus. Situs web yang awalnya dibuat oleh seorang remaja berusia 14 tahun itu kini telah menjadi pameran internasional yang diterjemahkan ke berbagai bahasa dan ditampilkan di banyak negara.
Carlo sangat menyadari bahwa teknologi adalah alat yang netral — yang menentukan baik buruknya adalah cara manusia menggunakannya. Ia pernah berkata, “Internet seperti pisau: bisa digunakan untuk memotong roti, tapi juga bisa untuk membunuh.” Ungkapan itu mencerminkan pemahamannya yang mendalam tentang tanggung jawab moral di era digital. Ia mengingatkan bahwa teknologi seharusnya digunakan untuk membangun kebaikan, bukan untuk menyebarkan kebencian, kekerasan, atau dosa. Dalam kehidupannya, Carlo menunjukkan keseimbangan sempurna antara kecerdasan digital dan kesalehan iman.
Ketika usianya baru menginjak 15 tahun, Carlo didiagnosis menderita leukemia akut tipe M3. Meski menghadapi penyakit yang berat, ia tetap menunjukkan keteguhan iman dan ketulusan hati. Ia mempersembahkan penderitaannya bagi Gereja dan Paus, serta tetap bersyukur atas setiap hari yang diberikan Tuhan. Carlo wafat pada 12 Oktober 2006 di Monza, Italia. Namun, semangat dan karyanya tidak berhenti di sana. Pada 10 Oktober 2020, Paus Fransiskus secara resmi menganugerahkan gelar Beato kepadanya, mengakui kesucian hidupnya dan menjadikannya teladan bagi kaum muda di era digital.
Kini, Carlo Acutis dikenal di seluruh dunia sebagai “Rasul Ekaristi di Dunia Digital.” Ia adalah simbol bagaimana iman dapat hidup berdampingan dengan teknologi, dan bagaimana dunia maya dapat menjadi ladang baru bagi pewartaan kasih Tuhan. Melalui kehidupannya, Carlo mengajarkan bahwa kesucian bukan hanya milik para biarawan atau imam, tetapi juga bisa dicapai oleh siapa pun — termasuk remaja yang gemar komputer, asalkan hati dan pikirannya diarahkan pada Tuhan. Ia meninggalkan pesan yang sangat kuat bagi generasi muda masa kini:
“Kita semua dilahirkan sebagai orisinal, tapi banyak yang mati sebagai fotokopi.”
Pesan ini menjadi pengingat agar setiap orang berani hidup otentik, menggunakan talenta dan teknologi untuk kebaikan, serta tidak terjebak dalam arus imitasi dunia modern. Carlo Acutis telah menunjukkan bahwa di tengah derasnya arus digitalisasi, iman tetap bisa menjadi cahaya yang menerangi dunia maya.

