Humas harus proaktif dan mau belajar
Era digitalisasi mengancam sejumlah pekerjaan atau profesi hilang digantikan oleh otomatisasi. Bagi profesi atau praktisi hubungan masyarakat (humas) hal tersebut bisa diantisipasi dengan melakukan adaptasi seiring perkembangan teknologi informasi.
1. Tim siber untuk bantu kerja humas
Menurut Guru Besar Sistem Informasi Unika Soegijapranata Semarang, Prof Ridwan Sanjaya, peningkatan adopsi otomatisasi dan kecerdasan buatan telah mengubah dunia kerja. Untuk menghadapi itu maka perlu menyiapkan keterampilan untuk mengadopsi teknologi.
‘’Saat ini kita sudah melakukan perubahan, besok sudah berubah lagi. Maka, adopsi teknologi merupakan basic skill untuk menghadapi masa depan, termasuk bagi pekerjaan humas,’’ ungkapnya pada seminar ‘Public Relation di Era Digital Pengelolaan Informasi Berbasis Data’ di Hotel Grand Candi Semarang, Sabtu (4/3/2023).
Pakar sistem informasi itu lebih lanjut menyampaikan, untuk menunjang kerja dan fungsi humas di era digital serta di tengah derasnya komentar netizen maka perusahaan perlu memiliki tim siber.
“Tim siber diharapkan ada di tiap-tiap perusahaan. Tim ini bisa membantu dalam membuat klarifikasi jika terjadi serangan komentar miring baik dari robot maupun manusia,’’ tuturnya pada seminar yang diselenggarakan BPC Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) Semarang itu.
Kendati demikian, yang tidak kalah penting dan perlu dilakukan praktisi humas di era digital adalah menerapkan sikap proaktif, inisiatif, responsif, dan akomodatif.
Accenture Development Partnerships Lead in Indonesia, Dr Nia Sarinastiti menyampaikan, sebagai humas harus semakin proaktif dan mau terus belajar. Hal itu penting apapun zamannya.
‘’Selama pengalaman 30 tahun, menjadi humas itu harus proaktif dan mau belajar. Lalu, meninggalkan hal-hal yang sudah tidak relevan. Jangan bilang dulu saya tidak begini, sebab yang dulu itu belum tentu tepat diterapkan untuk saat ini. Apa yang sudah kita ketahui perlu ditingkatkan lagi. Harus belajar berapapun umur kita,’’ kata Dewan Pakar Perhumas itu.
Kemudian, dalam menghadapi tantangan di era digital yang bergerak dengan cepat dan serba instan, seorang humas harus menyiapkan segala strategi. Apalagi, era media sosial membuat masyarakat semakin aktif dalam mengakses informasi dan leluasa untuk mengungkapkan segala sesuatu, termasuk kritik, tudingan, hingga komentar miring.
‘’Humas harus menyiapkan skenario terburuk yang akan dihadapi organisasi sejak awal. Sebab, semua bisa terjadi begitu cepat pada era digital ini. Tentunya, seiring dengan perkembangan teknologi informasi,’’ kata dosen Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya Jakarta tersebut.
Selanjutnya, Nia menuturkan, seorang humas di era digital juga harus memiliki kemampuan untuk bisa menyampaikan hal-hal yang sulit sekalipun.
‘’Kembali pada fungsi dari humas adalah bagaimana kita bisa menunjukkan agar orang percaya dengan yang kita ungkapkan. Public relation selalu dilihat seperti icing on the cake, hanya terlihat cakep dan keren tapi sebetulnya tidak memiliki kemampuan untuk bisa menyampaikan hal hal yang sulit. Memang nggak mudah, tapi harus selalu persistence jangan diam, tapi proaktif,’’ tandasnya.
Sementara itu, pada kesempatan tersebut juga dilaksanakan Pelantikan Pengurus BPC Perhumas Semarang periode 2022–2025 oleh Ketua Umum Perhumas Boy Kelana Soebroto.
Ketua BPC Perhumas Semarang, Julia SKB menyampaikan, melalui organisasi yang mewadahi humas pihaknya akan mengajak praktisi humas untuk menjawab tantangan era digital ini.
‘’Perlu diakui kemampuan dan tantangan masing-masing humas berbeda sejalan dengan bidang industri yang mereka geluti. Namun, untuk menjawab tantangan saat ini kami akan meningkatkan kompetensi, salah satunya lewat program-program pelatihan,’’ kata General Manager Hotel Grand Candi Semarang itu.
berita serupa
https://www.borneonews.co.id/berita/294100-pakar-humas-harus-kian-proaktif-pada-era-digital
https://jateng.antaranews.com/berita/484986/humas-harus-kian-proaktif-pada-era-digital